Ketika belanja di supermarket, kamu pasti menyadari bahwa setiap produk yang tertata di setiap rak display memiliki barcode, kemudian barcode tersebut akan di scan oleh pegawai supermarket ketika di kasir sebagai bukti dan data di supermarket bahwa barang tersebut telah terjual. Beside, sebenarnya barcode itu apa sih?
Pengertian Barcode
Berdasarkan buku Pengantar Marketing Ritel (2022) Barcode adalah kumpulan data optik berupa garis-garis vertikal hitam dan putih sederhana dengan ketebalan yang berbeda atau titik dalam bentuk geometrik dan kode matriks. Selain berbentuk garis, barcode juga dapat berbentuk dengan berbagai macam kode yang terdiri dari huruf dan angka untuk mewakili suatu barang agar mudah teridentifikasi.
However, jika dipikir-pikir barcode cukup canggih ya? Bayangkan informasi, harga dan detail produk yang mungkin saja bisa berlembar-lembar kertas. Meanwhile barcode, informasi sebanyak itu bisa tersimpan dengan baik dalam bentuk garis-garis ataupun kode lainnya. Though, kira-kira kapan ya asal-muasal barcode ini?
Sejarah Barcode
Ide awal teknologi barcode pertama kali muncul pada tahun 1930-an ini disampaikan oleh Wallace Flint. Melalui karya ilmiahnya, ia menuliskan bagaimana seseorang dapat dengan mudah menyortir barang-barang di Toko. Sayangnya, karya ilmiah tersebut baru bisa terealisasi sekitar 20 tahun, kemudian oleh 2 mahasiswa dari kampus Drexel Institute Technology bernama Norman J Woodland dan Bernard Silver yang berhasil menciptakan teknologi barcode, sehingga menyortir barang jadi jauh lebih mudah.
Woodland dan Silver juga langsung mendaftarkan hak paten mereka terhadap barcode di tahun 1952. Sejak saat itu, teknologi barcode kian berkembang pesat dan mulai banyak digunakan di supermarket.
Salah satu penggunaan awal barcode berasal dari industri kereta api. At that time, kode terpasang pada sisi gerbong kereta api untuk mengawasi pergerakannya dengan lebih akurat. Untuk scanner barcode terpasang di samping rel.
Jenis-Jenis Barcode
Dalam buku Aplikasi Absensi Dosen dengan Java dan Smartphone sebagai Barcode Reader(2019). Barcode terbagi jadi beberapa jenis, ada apa aja ya?
- Code 39
Adalah barcode yang populer digunakan di dunia dan terdiri dari digit angka atau huruf panjang
- UPC-E
Adalah barcode yang terdiri dari 7 digit angka, biasanya barcode ini dipakai untuk bisnis retail skala kecil.
- Universal Product Code (UPC) A
Barcode 12 digit angka dengan rincian 11 digit data dan 1 check digit barcode tipe ini sering dipakai untuk kebutuhan industri retail.
- EAN-13
Jenis barcode yang banyak digunakan di retail Indonesia, kodenya terdiri dari 13 digit dengan rincian 12 digit dan 1 check digit.
- European Articles Numbering (EAN)-8
Terdiri dari 8 digit dengan rincian 2 digit kode negara, 5 digit data dan 1 check digit
However, data barcode dapat terbaca dengan menggunakan scanner. Bagaimana cara kerjanya ya?
Cara Kerja Barcode Scanner
Karena jenis barcode ini cukup beragam, maka cara kerja sistem scannernya juga tidak sama. Sejauh ini, cara kerja barcode terbagi menjadi 3 sistem, apa saja ya?
- Manual (wand-type reader)
Cara manual scanning barcode ini digunakan dengan cara operator langsung menggosokkan ujung pena dari satu sisi ke sisi lain. Cara ini bisa dilakukan jika barcode scanner berjenis pena.
- Semi Otomatis (Handheld Readers)
Pada model barcode semi otomatis ini, operator tidak perlu menggosok barcode, cukup memposisikan mesin pembaca tepat di depan label barcode. Biasanya banyak digunakan pada supermarket.
- Otomatis (Fix-mount Reader)
Model yang memudahkan pengguna karena bisa terbaca hanya dari bagian samping produk, tanpa harus sejajar dengan kodenya. Biasanya yang menggunakan scanner model ini adalah perusahaan industri yang memproduksi barang tertentu.
Jika kamu berencana untuk meluncurkan sebuah produk, maka ada baiknya kamu meletakkan barcode pada produkmu. Bukan hanya sekedar menjadi hiasan pada packaging. But, barcode sendiri punya peran yang cukup penting. Berikut 5 alasan mengapa kamu perlu menggunakan barcode!
5 Alasan Produk Wajib Pakai Barcode
1. Untuk Akurasi yang Lebih Baik
Barcode dapat menyimpan dan memproses data dalam jumlah besar dengan akurat. Obviously, proses ini jauh lebih efektif daripada manual. Shortly, cara manual sangat beresiko tinggi untuk mengalami human error. Especially, jika datanya cukup banyak.
2. Bebas Akses Data
Dengan barcode, kamu cukup melakukan scan, maka kamu sudah dapat full akses kapanpun mengenai produkmu secara real-time. Also, data pada sistem juga akan langsung terperbaharui setelah kamu men-scannya. So, bisa dipastikan bahwa kamu akan selalu mendapat data ter-update dan tak perlu melakukan cara manual.
3. Membantu Inventarisasi
Karena data pada sistem selalu update, maka bisa membantu inventarisasi. Though, Kamu tidak perlu turun ke gudang dan mengecek barang satu-satu, kamu hanya perlu mengakses sistem untuk mengetahui barang mana yang butuh purchasing atau keperluan lainnya.
4. Memuat Informasi Produk
Dengan barcode, informasi produk ini akan jauh lebih muda dimuat tanpa memakan banyak space pada packaging. Although, Setiap orang dapat memindai barcode tersebut dengan mesin pemindai atau handphone yang memiliki aplikasi scan barcode.
5. Menjangkau Ritel Lebih Luas
Barcode juga dapat menjangkau pasar yang lebih luas. Karena dengan barcode yang tertera dapat menumbuhkan rasa percaya pada calon pembeli. Specifically, ketika kamu ingin memasukkan produkmu untuk dijual ke supermarket atau minimarket mereka akan mudah menerima produk yang sudah jelas asalnya dan tidak palsu.
But, jika kamu tidak menggunakan barcode, maka bisa jadi kamu akan mengalami beberapa hambatan untuk perkembangan produkmu, apa saja ya?
Kerugian Tanpa Barcode
1. Kesulitan Melakukan Analisa Bisnis
Kamu akan sulit melihat perkembangan produk kamu, karena data yang terinput akan dilakukan secara manual. Meanwhile, kamu tidak bisa mendapat data secara real-time. Overall, Kamu juga jadi tidak bisa melakukan perkiraan apakah produkmu berjalan dengan baik atau tidak.
2. Sulit Mengelola Persediaan
Tanpa barcode, pengelolaan persediaan bisa menjadi sulit dan memakan waktu karena hanya mengandalkan data perhitungan dari pegawai yang bertugas secara manual.
3. Biaya Operasional yang Lebih Tinggi
Tanpa barcode, kamu mungkin akan membutuhkan lebih banyak pegawai untuk mengelola persediaan dan melakukan proses checkout secara manual. Shortly, hal ini dapat meningkatkan biaya operasional lebih besar dari biasanya.
Penggunaan barcode sendiri biasanya terdapat pada bagian produk atau kemasan packaging di bagian sisi box. So, jika kamu tertarik untuk menggunakan barcode, maka langkah ini wajib kamu ikuti ya.
Cara Membuat Barcode pada Kemasan
Lantas bagaimana cara membuat barcode pada kemasan? Surprisingly, caranya cukup mudah. Salah satunya adalah dengan membuat barcode produk melalui GS1. GS1 merupakan organisasi resmi penyedia barcode yang telah memenuhi standar internasional. Perlu Anda tahu bahwa nomor barcode yang terdaftar di GS1 dapat digunakan di lebih dari 100 negara. So, jika produk Anda telah resmi mendapat barcode dari GS1, maka dapat didistribusikan ke negara lain.
Berikut cara membuat barcode kemasan melalui GS1:
1. Mengisi formulir pendaftaran GS1 Indonesia lengkap dengan tanda tangan dan materi
2. Melengkapi berkas persyaratan pendaftaran yang meliputi:
- Fotokopi SIUP
- Fotokopi NPWP
- Fotokopi KTP
- Fotokopi akta pendirian perusahaan
- Fotokopi TDP
- Membayar biaya pendaftaran
Umumnya proses pendaftaran barcode packaging membutuhkan waktu kurang lebih 14 hari kerja. But, untuk pendaftaran dan pembuatan barcode tersebut dilakukan satu kali saja untuk semua produk. Meanwhile, ketika Anda hendak membuat barcode untuk produk yang lain, tidak perlu mendaftar dan membayar lagi.
So, jangan lupa untuk tambahkan barcode pada produkmu agar tidak mudah ditiru oleh pihak lain yang tidak bertanggung jawab ya!